• FKUB WAY KANAN:

    Patut disadari bahwa kondisi masyarakat yang majemuk kapan saja dapat memicu terjadinya konflik. Untuk itu perlu senantiasa membangun, mempertahankan, memperkuat dan melestariakan kerukunan umat beragama dengan berupaya melakukan beberapa program atau agenda penting. Diantaranya adalah rekonsialisasi (ishlah) nasional dan pemberdayaan forum kerukunan umat beragama.

  • FKUB WAY KANAN:

    Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah merupakan upaya bersama antara umat beragama dan pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.

  • FKUB WAY KANAN:

    Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  • FKUB WAY KANAN:

    Keanekaragaman agama dan budaya di Indonesia adalah diantara modal dasar dalam mendukung pembangunan, namun sekaligus juga dapat menjadi penghambat. Apabila perbedaan tersebut dikelola dengan baik, maka terciptalah kerukunan hidup dalam masyarakat yang akan mendukung pembangunan nasional.

  • FKUB WAY KANAN:

    Seorang pemimpin umat di masa depan dengan melihat situasi sekarang harus memiliki wawasan pluralisme yang mengedepankan toleransi saling pengertian dan juga saling membangun. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Indonesia bukanlah negara agama. Semua perbedaan agama, suku dan ras harus menjadi kekuatan untuk membangun Indonesia yang lebih baik, damai dan adil di masa mendatang.

FKUB WAY KANAN MENGADAKAN SOSIALISASI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

(FKUB-WK) Bumi Agung. FKUB Way Kanan bekerjasama dengan Kantor Kesbangpollinmas Kabupaten Way Kanan mengadakan Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama tingkat Kabupaten Way Kanan. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai hari Kamis, 22 September 2011 di Kecamatan Bumi Agung dan Kecamatan Way Tuba, dan 23 September 2011 di Kecamatan Blambangan Umpu.

Menurut Sekjen FKUB Way Kanan, Ali Sholihin, kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai salah satu upaya dalam rangka mengantisipasi maraknya kerusuhan dan tawuran antar kelompok masyarakat yang dipicu masalah keagamaan.

“Way Kanan saat ini sangat kondusif. Namun demikian, kita tidak boleh lengah, karena munculnya kerusuhan antar umat beragama sering tidak bisa dipridiksi dan diantisipasi, makanya kita bekerjasama dengan Kantor Kesbangpollinmas Kabupaten Way Kanan mengadakan acara sosialisasi tersebut. Peserta sosialisasi terdiri dari seluruh perwakilan umat beragama yang ada di wilayah kabupaten Way Kanan. Kami berharap, dengan sosialisasi ini, diharapkan masyarakat akan memahami etika, ketentuan, dan rambu-rambu dalam kehidupan beragama, sehingga jika ada masalah dan profokasi dari pihak yang tak bertanggungjawab, tidak mudah terpancing” demikian papar Ali Sholihin.
Lebih lanjut Ali Sholihin menyampaikan, sosialisasi kerukunan umat beragama tersebut, rencananya akan dilaksanakan di seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Way Kanan. Materi sosialisasi meliputi Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2006, dan materi-materi lain yang terkait dengan kerukunan umat beragama.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesbangpollinmas Kabupaten Way Kanan, Supardi Sarbini dalam sambutannya menyatakan terimakasih kepada seluruh camat, kepala kampung, dan para tokoh agama yang ada di wilayah Way Kanan atas partisipasi dan keikutsertaannya dalam pelaksanaan sosialisasi kerukunan umat beragama  di masing-masing kecamatan. Tentu tanpa dukungan dari mereka semua acara ini tidak mungkin bisa dilaksanakan. Dan keikutsertaan para camat, kepala kampung, dan para tokoh agama tersebut merupakan wujud kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, khususnya kerjasama dalam hal menciptakan kerukunan hidup beragama di wilayah Way Kanan.

Sampai saat ini kecamatan yang telah diberikan sosialisasi kerukunan umat beragama antara laian meliputi: Kecamatan Kasui, Negeri Agung, Baradatu, Gunung Labuhan, Banjit, Rebang Tangkas, Bumi Agung, Way Tuba, dan Kecamatan Blambangan Umpu. Dan rencananya, dalam waktu dekat ini, sosialisasi kerukunan umat beragama akan dilaksanakan di kecamatan Pakuan Ratu, Negara Batin, Negeri Besar, Buay Bahuga, dan Kecamatan Bahuga.(aish)

FAKTOR PEMICU KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA


Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu konflik atau menghambat kerukunan umat beragama antara lain:
1.       1. Pendirian rumah ibadah. Yaitu apabila dalam mendirikan rumah ibadah tidak memperhatikan situasi dan kondisi umat beragama baik secara sosial maupun budaya masyarakat setempat.
2.     2.  Penyiaran agama. Apabila dalam penyiarannya bersifat agitasi dan memaksakan kehendak bahwa agamanya sendirilah yang paling benar dan tidak mau memahami kebenaran agama lain. Apalagi kalau penyiaran agama itu ditujukan kepada orang yang sudah beragama.
3.     3. Bantuan luar negeri. Walaupun kelihatannya tidak langsung mempengaruhi, namun bantuan tersebut dapat juga memicu konflik baik intern maupun antar agama, karena pemberi bantuan biasanya menitipkan misi tertentu yang harus dilaksanakan.
4.       4. Perkawinan beda agama. Perkawinan beda agama akan mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis, apalagi jika menyangkut hukum perkawinan, warisan, harta benda, dan akidah.
5.      5. Perayaan hari besar keagamaan. Apabila perayaan tersebut dilaksanakan tanpa mempertimbangkan situasi, kondisi, dan lokasi masyarakat sekitar, ia juga bisa mamancing ketegangan dengan penganut agama lain.  
6.      6. Penodaan agama. Yaitu suatu perbuatan bersifat melecehkan atau menodai doktrin suatu agama tertentu. Tindakan ini sangat sering terjadi baik dilakukan oleh perorangan maupun kelompok tanpa disadari apalagi dengan sengaja.  
7.     7.  Kegiatan aliran sempalan. Adalah suatu kegiatan yang menyimpang dari doktrin agama yang sudah diyakini kebenarannya ataupun kegiatan tersebut merupakan suatu aliran baru.

KERUKUNAN GLOBAL


Mengapa ada manusia yang sombong, takabur, egois atau sifat-sfiat nyeleneh lainnya? Mungkin karena dia merasa dirinya cukup, sehingga seolah tidak punya hubungan kepentingan dengan makhluk lain dan alam lingkungannya. Padahal pakaian yang dipakainya hanyalah bulu hadiah dari domba, atau kapas, atau serta pohon kayu; emas dan berlian yang menghiasi dirinya, atau rumah gedung yang didiaminya hanyalah hibah dari tanah. Dan dapat dipastikan, semua itu diperolehnya bukan hasil jerihpayahnya sendiri, melainkan dengan bantuan manusia lain, entah orang sekampung, senegara, atau orang dari Negara lain yang menjadi bagian masyarakat dunia.
Oleh karena itu, Nabi Muhammda SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia ialah yang mendatangkan manfaat kepada manusia yang lain.” Sabda nabi ini mengisyaratkan agar manusia hidup dalam kebersamaan, berusaha saling memberi manfaat terhadap satu sama lainnya. Bukan sebaliknya, manusia yang satu memanfaatkan manusia yang lain.
Manakala di anatara 200an juta orang Indonesia, atau lima milyaran manusia dunia masing-masing mendatangkan manfaat kepada yang lainnya, alangkah nikmatnya hidup di Negara ini, alangkah nyamannya hidup di bumi ini. Kendatipun sebagian besar merasa serba kekurangan, karena persaingan ketat di era globalisasi yang tak terhindarkan itu, insya Allah akan berjalan dengan baik, karena diperjuangkan oleh orang-orang yang baik pula.
“Di sana berjuang sekuat tenaga dan di sini bertarung sehabis daya, maka hasil yang di sana diberikan ke sini, hasil yang di sini dikirim ke sana. Yang di lembah menggamit-gamit, dan yang di bukit melambai- lambai, yang tinggi menurun, yang rendah mendaki hingga semua nanti berhimpun di antara kebahagiaan hidup bersama.” (Demikian ditulis H.M. Bustami Ibrahim dalam bukunya Budi dalam Kehidupan Diri dan Masyarakat).
Peri kehidupan manusia adalah ibarat seutas dari mata rantai masyarakat. Keharmonisan hidup abermasyarakat adalah ajang untuk mencapai kesempurnaan, karena hanya melalui hidup bermasyarakatlah seseorang dapat menunjukkan dirinya telah terbebas dari hawa nafsu dan kungkungan egonya. Disambutnya warisan kebaikan dari generasi terdahulu dan diwariskannya kebaikan kepada generasi berikutnya. Petani tua renta dengan badan terbungkuk-bungkuk masih saja berusaha menanam kelapa di kebunnya, padahal ia tahu kalau dia tak akan sempat menikmati buahnya. Alasannya, karena dia telah memakan apa yang ditanam oleh orang sebelum dia, lalu dia merasa perlu menanam, agar orang di belakangnya dapat menikmati hasilnya.
Keadaan seperti ini mestinya akan menjadikan dunia kian hari semakin indah. Alam pun rasanya akan semakin bersahabat dengan manusia. Apalagi bila kebaikan manusia itu didasari oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, maka Allah akan lebih melimpahkan rahmat dan berkahnya, sebagaimana difirmankan-Nya:
Artinya: Apabila penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Kami bukakan bagi mereka berbagai rahmat dan keberkahan dari langit dan bumi.(QS. Al-A’raf: 96)
Saying, dalam kenyataan tidak selalu demikian halnya. Masih saja ada tangan-tangan jahil yang menggerogoti ketentraman hidup bersama. Masih saja ada manusia yang hatinya berkarat, gentayangan mengumbar keonaran, sehingga masyarakat diguncang oleh berbagai krisis dan berbagai bencana. Sering kali untuk memenuhi keinginan hawa nafsu yang tak tebatas itu, kebenaran dan keadilan dikorbankan. Dengan mengatasnamakan kebenaran dan keadilan, manusia mencuci tangan dari kegagalannya, lalu melemparkan tanggungjawab kepada orang tau bangsa lain. Bahkan pembantaian yang kejam terhadap suatu kelompok masyarakat dianggap sebagai perang suci, sebagaimana yang hingga kini masih berkecamuk di berbagai daerah dan di berbagai belahan dunia. Suatu bangsa atau beberapa bangsa yang lebih kuat menjatuhkan sanksi kepada masyarakat atau Negara lain dengan berbagai dalih dan alas an. Padahal dampak sanksi itu sendiri terkadang melebihi dahsyatnya permasalahan yang tengah terjadi.
Cinta kasih Allah tak akan dilimpahkan kepada manusia bila manusia itu sendiri tidak melimpahkan cinta kasih antar sesamanya “Irhamu man fil ardhi, yarhamukum man fissama’i” Kasihilah sesame warga di bumi, niscaya kamu akan dikasihi Dia yang di langit. Dalam hadits lain beliau bersabda, “La tadkhulul jannata hatta tu’minu, wala tu’minu hatta tahabbu,” Tidak masuk surga kamu kecuali kamu beriman, dan tidak beriman kamu kecuali kamu berkasih saying antar sesamamu.”
Sudah saatnya cinta kasih yang menjadi inti ajaran setiap agama itu lebih dimasyarakatkan secara global. Janganlah globalisasi hanya digambarkan sebagai era persaingan yang makin ketat, tetapi sebaiknya juga dilukiskan sebagai era persemaian cinta kasih yang lebih intim, tidak Cuma untuk kalangan penganut agama sendiri, tetapi juga untuk penganut agama lain yang berbeda. Sebab, dalam era ini, tak dapat dihindari makin dekatnya hubungan antarmanusia dari berbagai keyakinan agama, ras dan latar belakang budaya yang berbeda.